FAJAR.CO.ID — Layanan taksi online di Rusia diretas oleh hacker. Serangan hacker pada layanan taksi online tersebut mengakibatkan sejumlah ruas jalan di Kota Moskow, Rusia lumpuh akibat kemacetan arus lalu lintas.
Konflik antara Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari lalu membuat dua negara tetangga pecahan Uni Soviet itu tak hanya adu kekuatan senjata. Peperangan di dunia maya pun tak terhindarkan.
Keduanya unjuk kekuatan dan ketahanan siber masing-masing.
Perang siber ini pun sudah menunjukkan dampak. Infrastruktur kedua negara banyak yang tumbang. Layanan listrik, telekomunikasi, internet bahkan pengairan pernah dilaporkan terganggu. Laman resmi pemerintahan kedua negara juga terganggu.
Terbaru, gangguan hacker mengakibatkan layanan taksi online di Rusia bernama Yandex lumpuh. Gangguan hacker tersebut menyebabkan sejumlah titik di Kota Moskow, Rusia lumpuh akibat kemacetan.
Apakah peretasan layanan taksi online Yandex di Moskow merupakan bagian dari perang siber yang dilancarkan oleh Ukraina? Masih harus dibuktikan. Mengutip laporan Gizchina serangan siber membuat puluhan taksi online mendapat order secara bersamaan.
Serangan tersebut terjadi pada 1 September lalu waktu setempat. Dampak order secara bersamaan, banyak kendaraan terhenti di jalan menuju Kutuzovsky Prospect, salah satu jalan yang memang terkenal macet.
“Pada pagi hari tanggal 1 September, Taksi Yandex menghadapi upaya penyerang untuk mengganggu layanan beberapa lusinan pengemudi menerima pesanan massal ke distrik Fili di Moskow,” terang seorang juru bicara Yandex mengkonfirmasi kabar serangan siber tersebut.
Untuk saat ini, masih belum ada pernyataan resmi kelompok peretas mana yang melakukan serangan tersebut. Namun, seperti sudah disinggung di atas, banyak pihak menduga bahwa ini ada kaitannya dengan perang siber dengan Ukraina.
Sebagai informasi juga, taksi Yandex merupakan layanan gabungan antara perusahaan taksi lokal di Rusia dengan Uber. Pada tahun 2017, Uber dan Yandex Taxi menggabungkan bisnis mereka di Rusia dan beberapa pasar Eropa Timur. Di perusahaan baru, Uber memegang 36,6 persen saham, sementara Yandex Taxi memegang 59,3 persen saham.
Selain itu, Yandex Taxi juga diketahui merupakan taksi online dan bisnis pengiriman makanan di Rusia, CIS, Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah. Pada saat yang sama, perusahaan membanggakan pengembang terkemuka dunia teknologi mengemudi otonom. (fajar/jawapos)