FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pelaksanaan event Makassar F8 membuat pedagang kecil tersiksa. Pedagang di Pantai Losari dipaksa libur selama pelaksanaan event F8.
Anggota Komisi D DPRD Makassar, Yeni Rahman mengaku sangat menyayangkan pelaksanaan Makassar F8 yang tidak pro ekonomi rakyat. Yeni mengaku melihat sendiri para pedagang di sekitar Pantai Losari dipaksa libur selama dua pekan. Pemkot melarang adanya aktivitas di sekitar Pantai Losari sebelum perhelatan F8.
Dia menilai program F8 ini tidak begitu bersahabat dengan masyarakat. Terutama pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Banyak dari mereka yang harus terpinggirkan akibat kegiatan F8 ini.
“Apakah pedagang di sana dilibatkan (secara gratis)? Kalau tidak, kan sangat disayangkan. Katanya pro ekonomi rakyat. Kenapa mereka sampai tidak dilibatkan semua,” tegasnya.
Kebijakan ini, kata dia, justru mematikan pedagang kecil di sekitar Pantai Losari Makassar. Seperti pedagang pisang epe dan pedagang asongan.
Kehadiran mereka justru digantikan oleh para pelaku usaha besar yang memasang tenant-tenantnya di lokasi utama. Semestinya, pedagang kecil yang sudah bertahun-tahun di sekitar Pantai Losari mendapatkan prioritas utama. Mereka bisa saja digratiskan untuk berjualan selama event F8 berlangsung.
“Itu orang mau makan apa, kompensasinya ada tidak, kalau diliburkan berdagang? Sehari saja mereka tidak makan, rasanya seperti gimana,” imbuhnya.
Menurut Yeni, event ini hadir justru hanya memberatkan beberapa pelaku ekonomi lokal, di tengah kenaikan harga BBM dan pasca-Covid-19.
Tahun ini, Pemkot menyerahkan ke pihak ketiga untuk mengelola event tahunan F8. Meski demikian, OPD harus ikut menyukseskan pesta rakyat ini.
Salah seorang ASN menyebut, jauh hari OPD diminta untuk turut mempersiapkan Makassar International Eight Festival and Forum (F8). Bahkan sampai pihak kelurahan pun harus ada sumbangsihnya.
“Begitu mi. Pak Wali yang minta semua (OPD) harus terlibat,” ucap salah seorang ASN yang enggan disebut namanya.
Pantauan FAJAR, beberapa OPD menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang harus menyiapkan bunga beserta potnya memperindah sudut-sudut lokasi. Ada juga yang melakukan pembenahan dan pembersihan di sepanjang Anjungan Pantai Losari.
Sementara itu, salah seorang pedagang pisang epe, Nur mengaku pihak pengelola memintanya tidak berjualan nyaris selama sebulan.
“Sudah diliburkan hampir satu bulan. Kita tidak kerja, (disuruh) istirahat kasihan,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya bersama seluruh pedagang di F8 dimintai uang hingga Rp1,5 juta untuk berdagang di dalam kawasan selama lima hari event tersebut.
“Kita dimintai uang Rp1,5 juta. Itupun pedagang pisang epe pakai tempatnya sendiri yang selama ini dipakai berjualan,” sambung Nur.
Setidaknya pengelola mencapat ada 200 pedagang dalam kawasan Anjungan Pantai Losari. Namun hanya 42 pedagang yang menyanggupi untuk membayar uang yang ditagihkan tersebut.
Sebagian besar pedagang kecil terpaksa tidak berdagang. Atau harus ikut ke orang-orang yang sudah membayar hanya untuk bisa menyambung hidup.
Adapula beberapa yang tetap berdagang namun di luar kawasan Pantai Losari. “Banyak. Bukan cuma pedagang pisang epe, ada juga pedagang asongan,” terang Nur.
Rahim, pedagang pisang epe lainnya bahkan mengaku sempat dimintai hingga Rp3,5 juta untuk berdagang di dalam lokasi F8.
“Kita tidak mampu, karena mahal. Jadi kita jualan di luar saja. Kalau di luar cuma bayar berapa, sama ada orangnya yang jaga. Selesai pi (F8), baru kita masuk lagi,” tuturnya.
Sebelumnya, Wali Kota Makassar, Danny Pomanto mengatakan, Makassar F8 adalah muara ekonomi, muara industri kreatif, termasuk para UMKM.
“Tidak lengkap event internasional tanpa kebermanfaatan bagi UMKM kita, makanya setiap tahun kita beri ruang termasuk tahun ini,” ungkapnya, Rabu (31/08) lalu dalam keterangan tertulis yang diterima. (an/fajar)